SUMBAWA – Pemerintah Desa Leseng bersama Mahasiswa KKN UTS meluncurkan sejumlah produk lokal desa. Produk tersebut meliputi Teh Daun Kelor, Miniatur Parang, Jamur Tiram, Dendeng Daun Singkong, Selai Mangga dan Keremes Pepaya dengan berbagai varian rasa.
Launching digelar di gedung serba guna Desa Leseng bersamaan dengan penutupan KKN Program Merdeka Desa Leseng, Kamis (21/1). Dihadiri Camat Moyo Hulu Ulumuddin, SE, Ketua FK2D Kabupaten Sumbawa, Musykil Hartsah dan Kades Se-Kecamatan Moyo Hulu.
Dosen Pembimbing Lapangan KKN Program Kampus Merdeka Desa Leseng, Syamsul Bahtiar, M.Si menjelaskan bahwa launching sejumlah produk ini adalah bagian dari program Merdeka-merdeka belajar program Kemendikbud.
”Semua produk sudah disosialisasikan ke masyarakat sekitar dan khususnya tim PKK Desa Leseng. Selanjutnya, produk yang berhasil dibuat oleh mahasiswa rencananya akan dibuatkan hak cipta yang akan menajdi icon desa tersebut,” katanya.
Dijelaskan, program merdeka bertujuan untuk memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dengan terjun langsung ke tengah masyarat. UTS salah satu institusi yang menjalankan progam merdeka, bekerja sama dengan 19 desa binaan. Salah satunya adalah Desa Leseng Moyo Hulu.
Ada 5 program unggulan dalam kegiatan program Merdeka UTS. Meliputi Desa Digita, Desa Rapi Administras, One Village one Product, Desa Budaya dan Desa Pariwisata.
Camat Moyo Hulu Ulumuddin apresiatif atas diluncurkannya sejumlah produk lokal Desa Leseng. Karena produk tersebut adalah hasil dari pemetaan potensi desa.
PR ke depan pemerintah desa yakni memastikan keberlanjutan produk. Sebagai salah satu solusi peningkatan ekonomi masyarakat. Ada banyak cara, salah satunya dengan memaksimalkan peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Berdasarkan Undang-undang 6 tahun 2014 tentang desa, BUMDes merupakan wadah bisnis desa. Sehingga Kepala Desa dapat memfasilitasi baik dari aspek produksi maupun pemasaran produk melalui penyertaan modal melalui BUMDes.
”Peran Pemdes memfasilitasi agar produk yang sudah dilounching bisa berkelanjutan. Tekhnisnya sesuai kewengangan desa, melalui BUMDes. Karena amanat UU 6 2014 tetang desa, Bumdes adalah wadah bisnis desa,” jelas Camat.
Selain melalui BUMDes, pemerintah desa juga bisa mengalokasikan anggaran melalui Dana Desa (DD) kepada para pelaku UMKM. Dengan demikian mereka akan terus berproduksi. ”Pemasarannya bisa menggunakan link BUMDes itu sendiri. Bisa sekup desa maupun sekup kabupaten,” terangnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Forum Komunikasi Kepala Desa (FK2D) Kabupaten Sumbawa Musykil Hartsah. Menurutnya BUMDes adalah ujung tombak keberlangsungan produk lokal desa. Kepala desa harus memaksimalkan peran BUMDes. Bisa saja melalui penyertaan modal.
Kades Labuhan Jambu ini menghimbau kepada semua kepala desa untuk tidak takut melakukan penyertaan modal ke BUMDes. Agar BUMDes bisa lebih leluasa melakukan pemetaan potensi guna menghasilkan sebuah produk hingga pemasarannya.
”Saya pikir desa tidak ada alasan untuk tidak melakukan penyertaan modal kalau geliat BUMDes sudah mengarah ke sana (Melahirkan produk dan pemasaran),” katanya.
”Kita berharap semua desa bisa memiliki satu produk lokal masing-masing desa. Kalau 157 desa Se-Sumbawa, kalau punya prodak lokal tinggal kemudian pemasaran bisa dilakukan. Secara otomatis pengrajin menggeliat, UMKM lokal pun terberdaya,” pungkasnya.
Kepala Desa Leseng, Rajuddin mengungkapkan terimaksih kepada tim KKN program kampus merdeka UTS. Kades memastikan produk yang telah dilounching akan terus berlanjut. Bisa melalui BUMDes maupun melalui pemberdayaan UMKM lokal desa.
”Produk produk-produk ini akan terus kita lanjutkan. Bila melalui penyertaan modal ke BUMDes dan mengalokasikan dana desa untuk pemberdayaan UMKM,” katanya, singkat. (red)