SUMBAWA – Dukungan masyarakat Sumbawa kepada pasangan Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa, Jarot-Mokhlis terus mengalir. Kali ini pengakuan datang dari warga Dusun Karang Anyar Desa Suka Damai Kecamatan Labangka. Awalnya banyak warga di sana yang mengaku sempat mendukung paslon lain. Namun kini mengalihkan dukungannya ke Paslon nomor urut 5.
”Memang saya awalnya nomor 3. Depan rumah saya (Tetangga) dulunya nomor 4. Sekarang ke Jarot-Mokhlis,” ungkap salah seorang warga dari Labangka 4, Jumail Patal, Minggu (22/11/2020).
Ketertarikan warga ke Jarot dan Mokhlis tak lepas dari program yang diusung serta sikapnya yang dinilai merakyat. Ketertarikan lain, Paslon nomor 5 merupakan pasangan ideal. Calon Bupatinya yang berlatarbelakang pengusaha, diyakini mampu membuka lapangan kerja seluas-luasnya untuk masyarakat khususnya anak-muda.
”Pak Jarot kan pengusaha. Kami berharap kalau tambang ini jadi, anak-anak muda di Labangka bisa mendapatkan pekerjaan. Satu satunya diantara lima ini, hanya beliau yang mampu dan menjadi harapan kita,” ucapnya.
Sedangkan calon wakilnya, Ir. Mokhlis berlatarbelakang birokrat. Bahkan pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTB. Sehingga dipastikan memahami betul akan kebutuhan para petani.
Diungkapkannya, mayoritas masyarakat Labangka adalah petani. Namun kebijakan pemerintah di bidang pertanian dinilai belum sepenuhnya berpihak ke petani. Bukti pupuk masih mahal, harga bibit jagung melambung bahkan nilai jual pasca panen tak sebanding dengan biaya operasional.
”Bibit harganya Rp1.950.000 per 20 kilo. Pupuk kalau pakai RDKK harganya Rp105.000. Belum lagi obat-obatan. Tidak sesuai antara harga beli dengan harga jual petani. Pengawasan pasar oleh pemerintah juga tidak ada,” ujar Jumail, yang diiyakan oleh warga lainnya.
Tidak hanya masalah jagung, petani Labangka juga mengeluhkan kondisi lahan yang tak taraliri air. Ada sekitar 80 ribuan hektar lahan di sana tadah hujan. Hanya bisa panen sekali setahun. Sementara Bendungan Labangka Komplek yang sempat dijanjikan pemerintah tak kunjung teralisasi.
”Dulu kami dijanjikan akan dibangun bendungan. Saat kampanye katanya akan jemput bola. Sekarang hanya tinggal ”Bola” saja (Bola artinya Bohong dalam bahasa Sumbawa) jemputnya nggak ada,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh warga Labangka 2, Dusun Karang Baru Desa Sekokat, Damin.
Bapak anak satu ini mengaku menjadi petani serba sulit. Tidak hanya mahalnya harga bibit dan obat-obatan, tapi juga sulitnya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Bagi sebagian petani di desa Damin, Berhutang itu sudah biasa. Biasanya itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan biaya tani. Seperti membeli bibit jagung, obat-obatan hingga proses panennya nanti.
Bibit, pupuk serta biaya pemeliharaan lainnya relative mahal. Sisi lain, harga jual relative murah. Menurutnya, harga gudang jagung pada tahun 2019, tertinggi 325.000 dengan kadar air 16-17. Sementara Damin hanya punya 2 hektar lahan. Setiap panen, hasilnya hanya 9 ton perhektar.
Keuntungan rata-rata per hektarenya hanya Rp3 juta sampai Rp4 juta. Setelah dipotong modal, termasuk bayar hutang.
Uang Rp4 juta, tak cukup bagi Damin sekeluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari hingga panen tahun berikutnya. ”(4 juta) mana cukup (Sampai panen berikut). Anak saya ada satu masih SMP,” bebernya.
Untuk menutupi kekurangan, Damin dengan keterbatasan fisiknya terpaksa harus berternak sapi. Itu ternak milik orang lain, anaknya dibagi. “Ternak. Ada sapi punya orang. Bagi anaknya,” terangnya.
Berangkat dari kondisi itu, warga berharap besar Jarot-Mokhlis menang di Pilkada 9 Desember 2020. Setelah menjabat, keduanya diharapkan membuat kebijakan pro petani, peternak dan nelayan. ”Harapan kehidupan petani berubah setelah Jarot menang,” pungkasnya. (red/adv)