SUMBAWA – Kasus Covid-19 di Kabupaten Sumbawa kian tak terkendali. Anggaran sejumlah program tahun ini pun terpaksa dialihkan kembali untuk memutus mata rantai penyebaran virus.
Salah satunya adalah anggaran program pendataan dan pembinaan penyuluh non PNS, marbot, imam masjid, guru ngaji hingga anggaran pengurus masjid besar.
Kepala Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten Sumbawa, Ikram Mubarak membenarkan hilangnya anggaran program tersebut. ”Karena refocusing penanganan Covid-19,” katanya belum lama ini.
Tahun 2020 lalu, alokasi anggaran untuk program tersebut mencapai Rp347,4 juta. Dengan sasaran 76 penyuluh non PNS, imam dan marbot 26 masjid dan 110 guru guru. Kemudian pengurus masjid Agung Nurul Huda 24 orang.
Untuk penyuluh, masing-masing diterima Rp150 ribu per bulan per tahun. Kemudian guru ngaji, imam masjid dan marbot masing-masing Rp150 ribu per bulan per tahun. ”Pengurus masjid agung 24 orang, 99 juta per tahun,” terangnya.
Anggaran untuk program tersebut sudah ada sejak lama. Bahkan selalu ada upaya untuk meningkatkan jumlahnya dari tahun ke tahun. Namun tahun ini sepertinya program tersebut dinilai tidak prioritas sehingga anggarannya dihilangkan.
”Belasan tahun sudah ada (Anggaran program). Dari setiap tahun tetap ada usaha untuk selalu meningkatkan itu,” terang Ikram.
Terpisah, Ketua MUI Kabupaten Sumbawa, Syukri Rahmat, S.Ag cukup menyayangkan hilangnya anggaran program pemberdayaan untuk para guru ngaji, imam masjid, marbot hingga penyuluh itu.
TPQ, misalnya. Kondisi TPQ di Kabupaten Sumbawa cukup memperihatinkan. Karena tidak ada honor untuk para guru ngaji, tidak sedikit anggota TPQ yang hanya menyumbang seadanya.
”Kami sama teman-teman Pem (Bagian pemerintahan) juga, pernah turun dibeberapa lokasi. Evaluasi pelaksanaan program TPQ, kondisinya memang memperihatinkan. Tidak ada honor, ada yang bayar pakai gabah, ada yang 20 ribu per tahun. Coba dibayangkan,” katanya, Minggu (10/1).
Menurutnya, peran keagamaan dalam sosial kemasyarakatan sangatlah penting. Terlebih salah satu persoalan mendasar di tengah masyarakat yakni pembelajaran Al-Quran. Sehingga para guru ngaji diharapkan menjadi garda terdepan dalam membentuk masyarakat yang Qurani.
Begitu pula dengan peran penyuluh. Menurut Syukri, penyuluh dapat berperan dalam banyal hal. Di tengah pandemi Covid-19, penyuluh dapat berperan dalam memberikan penyadaran dan edukasi di tengah masyarakat.
”Peran pemerintah, peran suporting pemerintah sangat penting sebenarnya. Namun jika dianggap tidak prioritas, iya apa boleh buat. Itu kewenangan pemerintah. Tapi kami tetap berharap bisa diakomodir,” tandas mantan Ketua KPU Sumbawa ini. (red)