Dikbud NTB Terus Dorong Pengembangan Program Pojok Ekspresi

Bagikan berita

Samotamedia.com – Pengembangan program pojok ekspresi sebagai ruang krearifitas dan inovasi bagi sekolah dalam bidang pendidikan dan kebudayaan terus didorong Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB.

Pada Kamis (30/7/2020) lalu, tim dari Dikbud NTB berkunjung ke Sumbawa. Menyaksikan langsung serta mendokumentasikan pementasan tradisi dan budaya Sumbawa yang dipentaskan oleh pelajar dari berbagai sekolah.

Mulai dari tarian tradisional, ngumang dan nuja ramai yang ditampilkan oleh SMAN 2 Sumbawa. Karaci oleh SMAN 1 Sumbawa. Gentao oleh SMAN 1 Empang. Barempuk oleh SMAN 4 Sumbawa hingga parodi kabaret tanjung munagis yang ditampilkan oleh SMAN 3 Sumbawa.

Kegiatan yang dipusatkan di SMAN 1 Sumbawa itu, menerapkan protokol covid-19 secara ketat.

Kabid Kebudayaan Dikbud NTB, Ahmad Fairuz Abadi, SH

Kabid Kebudayaan Dikbud NTB, Ahmad Fairuz Abadi, SH menjelaskan, pojok ekspresi merupakan program baru Dikbud NTB yang telah dilounching Gubernur belum lama ini.

Melalui pojok ekspresi, Dikbud ingin mereview kembali tradiri dan budaya-budaya di NTB. Beragam tradisi tersebut jangan sampai digilas oleh tradisi dari luar akibat pesatnya perkembangan teknologi.

Oleh karenanya, tradisi dan budaya di NTB diharapkan dapat menghiasi dinding-dinding media sosial mulai dari facebook, instagram, youtube dan sebagainya.

”Ini memang salah satu program yang coba kita tawarkan kepada dunia pendidikan. Untuk mereview kembali bagaimana permainan rakyat yang kita miliki di Nusa Tenggara Barat ini, itu yang utamanya,” katanya.

”Karena kita kaya sekali akan tradisi-tradisi kita tentang permainan rakyat, olahraga tradisional gitu iya. Supaya kita tidak sibuk marah dengan dunia teknologi tapi kita tidak berbuat apa-apa. Iya kan?

”Mari kita isi media-media yang lagi ramai sekarang kan sosial media. Nah sosial media ini ayo kita isi sama-sama dengan khasanah kekayaan tradisi budaya kita,” ajaknya.

Di samping itu, pojok ekspresi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) nasional. Menurutnya, NTB sudah masuk peringkat 5 di tahun 2019. Diharapkan naik 3 atau 4 di tahun 2023 mendatang.

”Nah oleh karena itu kita menggunakan ini. Mengapa? Karena beberapa indikator dalam IPK itu, diantaranya pertama, berapa persen anak-anak usia 10 tahun ke atas menyaksikan atau menonton seni-seni tradisi atau bermain seni tradisi atau permainan rakyat? Yang kedua berapa persen anak-anak 10 tahun ke atas mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan lokasi parawisata dan seterusnya,” jelasnya.

Pada tahap selanjutnya, sekolah-sekolah diminta untuk melakukan perekaman video. Baik saat berada di lokasi-lokasi bersejarah, cagar budaya maupun di lokasi-lokasi wisata.

Dengan demikian, siswa akan lebih mengenali tradisi dan budaya sendiri serta berkontribusi dalam promosi wisata di NTB.

”Nah nanti masing-masing sekolah akan melakukan perekaman-perekaman video menggunakan ponsel untuk berada di lokasi-lokasi bersejarah, tempat dia bisa dongeng, bisa bermain permainan rakyat, membuat seni-seni tradisi di lokasi-lokasi bersejarah dan di cagar budaya serta lokasi-lokasi wisata. Dan ini berdampak positif bagi promosi wisata. Sekaligus mereka dapat pendidikan mengenali, pertama lokasi bersejarah, cagar budaya mereka, lokasi-lokasi wisata mereka, secara histori mereka jadi paham dan indeks pembangunan kebudayaan kita meningkat secara perlahan,” jelasnya. (red)

Bagikan berita

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

berita terkait

Cari Berita Lain...