Galang, Balita Hidrosefalus yang Lumpuh, Buta juga Tuli

Bagikan berita

SUMBAWA – Balita itu tanpak terbaring lemas tak berdaya. Tidak ada senyum apalagi tawa di wajah. Yang ada hanyalah tangis. Sekilas, tangisannya terlihat seperti menahan rasa sakit.

Balita kelahiran 11 Februari 2018 lalu itu adalah Muhammad Galang Putra. Buah cinta dari pasangan Dodi Andi Hamda dan Rina Karlina. Warga Dusun Batu Alang Desa Leseng Kecamatan Moyo Hulu.

Tepat pada tanggal 11 Februari 2021 mendatang, Galang memasuki 3 tahun usia.

Namun di usianya yang kini mendekati tiga tahun, ia tidak bisa menikmati hidup layaknya Balita seusianya. Kaki dan tangannya lumpuh. Punya mata tapi tak melihat, punya telinga namun tak bisa mendengar.

”Kalau makan mulutnya harus kita buka dulu baru bisa makan,” ungkap ayah Galang, Dodi didampingi sang istri, Rina di kediamannya, Senin (21/12/2020).

Sekitar dua tahun lalu, Galang dilahirkan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sumbawa dalam keadaan normal. Namun belasan hari kemudian, ia kembali masuk rumah sakit akibat menderita kejang-kejang.

Muhammad Galang Putra

Dari sejak itulah Galang menjadi “Langganan” rumah sakit. Hampir setiap bulan ia dirawat. Untungnya saat itu, ayah Galang masih bekerja di salah satu perusahaan emas dan perak di Sumbawa dengan pendapatan bulanan terbilang cukup tinggi.

Menggunakan BPJS mandiri, saat itu biaya perawatan Galang pun masih bisa teratasi.

”Masuk ke rumah sakit pertama kali saat masih umur 18 hari karena kejang-kejang. Nah sejak itu mulai keluar masuk rumah sakit. Setiap bulan bahkan hampir setiap minggu. Pakai BPJS mandiri,” tutur Dodi.

Meski dirawat secara intensif, nampaknya tak ada perubahan dengan kondisi kesehatan sang anak. Justru dari hari ke hari kian parah. Rumah sakit di Sumbawa pun seakan kehabisan akal.

Pada akhirnya, Galang pun dirujuk ke rumah sakit umum Provinsi di Mataram pada akhir tahun 2019 lalu.

Di RSU Provinsi Mataram, Galang menjalani perawatan sekitar 2 bulan lamanya. Dari hasil pemeriksaan, ia divonis menderita epilepsi dan hidrosefalus. Sejumlah organ tubuh pun tak berfungsi akibat terdapat tumpukan cairan dalam rongga otaknya.

”Semua organ tubuhnya tidak berfungsi. Karena ada juga cairan di otaknya. Kata Dokter dia divonis epilepsi dan hidrosefalus,” ungkapnya.

Atas penyakit yang diderita Galang, pihak rumah sakit pun lagi-lagi angkat tangan. Salah satu solusinya, Galang harus segera dirujuk ke rumah sakit di Bali atau rumah sakit yang ada di Surabaya.

Berobat keluar NTB sudah barang tentu butuh biaya besar. Bagi ukuran ayah Galang yang hanya pekerja kasar di tambang emas itu, tentu sangat memberatkan.

Sejak itu, kedua orang tua Galang pun seakan tak berdaya. Alternatifnya, Galang hanya bisa dibawa bolak balik rumah sakit lokal di Sumbawa. Masalah biaya, masih mengandalkan BPJS mandiri.

Waktu terus berlalu. Bulan Juni 2020 lalu nasib sial menimpa Dodi. Ia dipecat dari pekerjaannya. Entah karena apa. Sejak itu, ia pun menjadi pengangguran. Nyaris tak ada pemasukan sama sekali.

Seakah jatuh tertimpa tangga. Anak sakit, ayah dipecat. Sejak itu Galang si anak, tak bisa lagi dirawat. Pembayaran BPJS pun mulai menunggak.

”Iya saya dipecat dari pekerjaan. Pembayaran BPJS sudah nunggak enam bulan sampai saat ini,” bebernya.

Berhutang malu, mau jual harta pun tak punya. Dodi dan istri pun mulai pasrah dengan keadaan. Namun ketika menatap wajah sang anak, ia tak mau tinggal diam. Kantor Dinas Sosial Kabupaten Sumbawa pun didatanginya, Senin (21/12) siang.

Kedatangan kedua orang tua Galang ke Disos untuk mencari solusi. Berharap dibantu BPJS miskin sebagai pengganti BPJS mandiri miliknya yang telah lama menunggak.

Namun sangat disayangakannya, kata dia, BPJS baru bisa dikeluarkan Februari 2021 mendatang. Itu pun, tunggakan BPJS sebelumnya harus terbayar lunas.

Jawaban pihak Disos rupanya cukup membuat Dodi dan istri kecewa berat. Ia pun pulang dengan hati menangis.

”Saya sama istri ke Dinas Sosial tadi siang. Mau lapor masalah BPJS. Siapa tau bisa keluar BPJS pemerintah itu. Tapi saya disuruh bayar dulu tunggakan saya yang 6 bulan. Coba saya punya uang nggak mungkin saya datang ke Disos. Saya juga nggak mau jadi orang miskin,” ujar Dodi.

Entah kapan penderitaan Galang berakhir. Kedua orang tua berharap ada dermawan yang mau membantu Galang suatu saat. Agar ia bisa bermain dan menikmati hidup layaknya Balita pada umumnya. (jho)

Bagikan berita

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

berita terkait

Cari Berita Lain...