KERJASAMA DINAS DIKBUD SUMBAWA DENGAN SAMOTA MEDIA
SUMBAWA – Hari Guru Nasional (HGN) ke 75 jatuh pada tanggal 25 November 2020, besok. Bersamaan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Moment HGN dan HUT PGRI tahun ini diharapkan menjadi ajang evaluasi bagi para guru. Di samping terus belajar, para guru diharapkan menjadi pribadi yang memiliki Integritas, Humanis, Spritualitas tinggi, Adaftif dan Nasionalis (IHSAN).
”Saya berharap, jadilah guru yang IHSAN,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa, H. Sahril, S.Pd.,M.Pd saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (24/11/2020).
Menurut H. Sahril, menjadi guru yang IHSAN adalah keharusan. Karena pada pribadi guru yang berintegritas akan tercermin kesalehan pribadi. Demikian pula pada pribadi guru yang humanis akan tercermin kesalehan sosial.
”Dalam kehidupan bermasyarakat, hidup di lingkungan sosial, maka hubungan antar sosial harus dijaga oleh seorang guru,” katanya.
Integritas dan berjiwa humanis tentu tidaklah cukup bagi seorang guru. Melainkan harus dibarengi dengan Spritualitas yang tinggi.
Artinya, sebagai mahluk tuhan, guru harus niatkan setiap perbuatan maupun tindakannya untuk ibadah. Sehingga tercermin pada dirinya kesalehan pribadi, juga kesalehan sosial.
Zaman kini telah berubah. Kadis berharap agar guru di Sumbawa memilki kemampuan adaftif. Artinya, guru harus memiliki kompetensi dan kemampuan adaftasi sesuai dengan lingkungan kerja dan kemajuan zaman. ”Jika tidak, kemunduranlah yang kita hadapi,” ujarnya.
Tak hanya itu, sebagai panutan, guru juga harus memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Ini menjadi sangat penting. Mengingat masyarakat Sumbawa yang plural. Berangkat dari suku, ras dan agama yang beragam. ”Beda suku, adat dan agama tapi kita harus tetap bersatu,” tegas Kadis.
Di samping itu, Kadis juga mengingatkan agar para guru terus berlajar agar menjadi pribadi yang hebat.
Dijelaskannya, guru yang hebat adalah guru yang bisa membaca masa depan. Dari guru yang hebat akan lahir anak didik yang bisa menguasai zaman. Dari guru yang hebat pula lahir anak didik yang cinta terhadap tanah air.
”Saya berharap guru-guru kita harus terus belajar. Karena dengan belajar, kita akan memiliki pradaban masa depan. Eksistensi belajar, adalah eksistensi kehidupan. Ketika guru berhenti belajar, maka berhentilah kehidupan,” terangnya.
”Oleh karena itu, guru harus terus mengedepankan eksistensi belajar dalam kehidupan. Baik sekarang maupun di masa mendatang. Selamat hari guru, jadilah guru pejuang,” imbuhnya. (red/adv)