MATARAM – Hingga 3 Mei 2020, gugus tugas Provinsi NTB telah mengindentifikasi 275 kasus positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, 70 persen pasien tidak menunjukkan gejala klinis. Sedangkan 30 persen menunjukkan gejala klinis.
Demikian diungkapkan Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah dalam Seminar Nasional 01 Panca Sarja Universitas Mataram yang digelar melalui Platform Zoom, Selasa (5/5).
Oleh karenanya, masyarakat tidak boleh lengah. Karena virus bisa hinggap di tubuh dengan kondisi tak bergejala.
Dikatakan, dalam menghadapi wabah COVID-19, tidak hanya protokol COVID-19 yang dibutuhkan. Namun, berpikir dan bersikap positif juga menjadi modal paling utama dalam menghadapinya.
”Dengan sikap mental yang kuat, maka insya Allah NTB akan menang melawan COVID-19,” kata Rohmi dalam seminar yang mengusung tema “Kapan Pandemi COVID-19 Berakhir” itu.
Apabila wabah ini dapat dikendalikan dengan baik, lanjutnya, maka kedepan NTB akan panen pasien sembuh dari COVID-19. Namun di satu sisi pula dapat menjadi ancaman karena COVID-19 juga bisa hinggap di warga dengan kondisi tak bergejala. Hal ini kadang-kadang membuat orang lengah.
“Sehingga ini merupakan tantangan tersendiri di Nusa Tenggara Barat. Hingga memang di NTB ini, tantangan terbesar kita adalah bagaimana mewujudkan kepedulian dari seluruh elemen masyarakat untuk sungguh-sungguh menaati protokol COVID-19 karena satu hal ini sendiri banyak sekali tantangannya,” ungkapnya.
Wagub mengajak agar selalu optimis. Karena bila dilihat, masyarakat NTB sejauh ini, bila dibandingkan antara yang kooperatif dengan yang tidak, maka persentase yang kooperatif lebih banyak dibanding tidak. Tentu kepada yang tidak kooperatif ini akan dilakukan hal-hal penanganan lebih lanjut.
”Karena di NTB ini sebagian besar pasien yang tidak bergejala, sehingga kami juga merencanakan untuk segera mengoperasikan Rumah Sakit Darurat yang mana ini hanya diperuntukkan untuk pasien yang tidak bergejala, supaya di rumah sakit itu fokus untuk melayani pasien yang gejala Insya Allah mudah-mudahan ini segera bisa berjalan di minggu ini jadi secara keseluruhan semuanya sudah on the right track,” terang Wagub.
Sejak minggu ke-2 di bulan April, lanjut Wagub, NTB sudah bisa memeriksa sendiri sampel swab pasien COVID-19. Kemampuan analisa sendiri ini sangat besar manfaatnya. “Kita bisa mengetahui dengan sangat cepat kondisi pasien kita positif atau negatif, sehingga bisa dilakukan identifikasi, tracking dengan cepat, sehingga antisipasi dapat dilakukan dengan segera,” ujarnya.
Wagub menekankan, kedisiplinan tentu juga merupakan hal yang sangat penting dalam penanganan COVID-19 ini. “Dari satu sisi petugas kesehatan rumah sakit semua sudah melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya on the right track dan terkontrol akan tetapi jika di luar penularan ini tidak betul-betul kita antisipasi dengan Sinergi bersama semua pihak memang akan sulit,” tegas Wagub.
Edukasi menjadi poin paling utama dalam mewujudkan kedisiplinan. Edukasi ini tentu membutuhkan kerja sama semua pihak dan semua pihak diharapkan bisa saling mengedukasi.
“Kita tidak mengharapkan penegakan disiplin itu dengan kekerasan, tetapi dilakukan secara persuasif dan tidak ada penegakan penegakan secara kekerasan yang kita lakukan sehingga, kita bisa melalui semua ini dengan baik bersama-sama dalam suatu kekompakan sinergitas yang baik,” tegas Wagub.
Selain menerapkan berbagai upaya penanganan COVID-19, di NTB juga meluncurkan jaringan pengaman sosial (JPS) Gemilang dan melakukan upaya-upaya untuk menumbuhkan ekonomi masyarakat di tengah pandemi ini. Sehingga masyarakat dapat melihat kesempatan walaupun dalam keadaan sulit.
Terakhir, Wagub tidak bosan untuk mengingatkan bahwa kedisiplinan merupakan poin paling utama dalam pandemi ini. (red)