SUMBAWA – Potensi besar yang dimiliki Kabupaten Sumbawa sangat melimpah, baik itu sektor pertanian, perkebunan, perikanan, tambang bahkan peternakan namun belum dimaksimalkan dengan baik bahkan ada beberapa program yang dirasa gagal dijalankan.
Seperti pada sektor peternakan, pada 2010 lalu Dusun Ai Limung Desa Pungkit Kecamatan Moyo Utara menjadi sentra peternakan nasional yang langsung dilaunching oleh Menteri Pertanian saat itu Anton Sujarwo di Sumbawa.
Bahkan Pemerintah Pusat menurunkan salah satu programnya ke Ai Limung, yaitu Bumi Seribu Sapi tetapi gagal dipertahankan. Program besar tersebut tidak dapat dikelola dengan baik dan pemerintah dirasa gagal, padahal potensi peternakan di Ai Limung sangat bagus dikembangkan untuk mendatangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Ini menjadi catatan penting bagi Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Jarot-Mokhlis dalam membangun Sumbawa Maju.
”Karena Limung dulunya menjadi ikon sentra peternakan di Sumbawa bahkan nasional maka kami akan terus mendorong ini ke depannya sehingga dapat berkembang dengan baik,” kata Calon Wakil Bupati Sumbawa, Mokhlis saat ditemui di Sumbawa, Kamis (3/12). Hal sama diutarakan di hadapan warga Ai Limung beberapa waktu lalu.
Janjikan Pelabuhan
Paslon nomor 5 itu berjanji akan terus mendorong Sumbawa khususnya di Ai Limung menjadi sentra peternakan sapi.
Jarot mengungkapkan, bahwa Pulau Sumbawa adalah salah satu sumber terbesar Sapi karena luas Pulau Sumbawa sekitar tiga kali luas pulau Lombok, dan memiliki 55 persen populasi di NTB, umumnya sapi Bali. Sementara jumlah penduduknya hanya sepertiga dari jumlah penduduk di Pulau Lombok.
Hal ini menunjukan bahwa ruang untuk pengembangan sapi di Pulau Sumbawa jauh lebih besar dibanding di Pulau Lombok. Tetapi pemerintah saat ini tidak sadar akan salah satu potensi itu.
Walaupun Sapi memegang peranan penting mendukung perekonomian, tambahnya, namun produktivitas sapi di Sumbawa selama ini masih rendah karena system pemeliharaan yang intensif dengan mengandalkan alam sebagai sumber pakan.
Apalagi jika musim kemarau dan ketersediaan pakan rendah ini lah yang menyebabkan tingkat pertumbuhan sapi rendah.
”Sebenarnya pakan ternak itu dapat diambil dari berangkasan jagung, yaitu bagian atas tanaman jagung yang biasanya dipotong beberapa hari sebelum panen, ini merupakan sumber pakan potensial dengan produktivitas tinggi,” katanya.
Luas lahan di Kabupaten Sumbawa yang ditanami jagung mencapai 43.043 ha (BPS 2015) hal ini berarti berangkasan jagung yang dihasilkan setiap tahun sejumlah minimal 129.000 ribu ton yang belum dimanfaatkan sebagai sumber pakan alternatif.
Hadirnya industri berbasis pertanian di Sumbawa yang diprogramkan oleh Jarot-Mokhlis akan mendukung ketersediaan dan terpenuhinya pakan ternak di Sumbawa.
Jika ini berjalan maka kemajuan di sektor pertanian dan peternakan bukan isapan jempol belaka.
”Jadi, jika industri muncul dan menghasilkan pakan ternak maka peternak sapi tidak akan susah lagi mencari pakan walaupun dalam kondisi musim kemarau. Jadi antara jagung, industry dan peternakan akan sejalan,” katanya.
Terhadap program ini, tokoh masyarakat Kecamatan Moyo Utara, Syafi’i mengatakan bahwa program Bumi Sejuta Sapi yang diturunkan ke Sumbawa pada 2010 tidak berlanjut bahkan gagal karena kurangnya pengawasan dan masalah yang klasik seperti ketersediaan air yang cukup untuk minuman ternak.
Masyarakat pada saat itu sudah suka rela bekerjasama dan memberikan lahannya untuk peternakan, tetapi beberapa waktu berselang programnya tidak berjalan. Padahal pemerintah pusat telah membantu pengadaan bibit sapid an fasilitas penunjang.
”Program ini kurang pengawasan sehingga program ini bisa dibilang gagal, tidak ada penanganan selanjutnya sehingga tidak berjalan. Masalah lain juga ketersediaan air minum untuk ternak sapi,” katanya.
Saat itu sumber air didapat dari sumur bor, jika sumur digali dengan kedalaman 60 sampai 80 meter airnya bagus tetapi tidak mencukupi dan jika digali lebih dalam lagi airnya tidak enak dikonsumsi Sapi.
”Kami berharap kepada Pasangan Jarot-Mokhlis untuk mendukung dan mengembangkan ikon besar dan brand yang dimiliki Moyo Utara ini sebagai salah satu Ikon Sumbawa sebagai sentra Sapi Nasional,” katanya.
Selain program sejuta sapi, pemerintah juga pernah menjanjikan akan dibangun pelabuhan penunjang nelayan dan barang di Ai Limung pada tahun 2018 lalu.
Tim survey dari provinsi bahkan sudah turun ke Ai Limung untuk mengecek lokasi pembangunan, tetapi sampai saat ini belum juga terealisasi, sementara pelabuhan itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat setempat.
”Pembangunan pelabuhan di Ai Limung sudah direncanakan jauh sebelum tahun 2018, bahkan data-data dan titik pembangunan sudah ditentukan tetapi sampai saat ini belum direalisasikan,” katanya.
Untuk itu, ia berharap kepada Jarot-Mokhlis agar dapat membangun pelabuhan penunjang barang dan produksi kelautan di Ai Limung sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan produksi dan koneksi Ai Limung ke pulau-pulau lainnya. (red/*)