Lakpesdam NU Bima Gelar Pelatihan dan Deklarasi Pemuda Damai

Bagikan berita

BIMA,Samotamedia.com – Pengurus Cabang Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama Kabupaten Bima menggelar kegiatan pelatihan dan deklarasi pemuda damai Kecamatan Ambalawi. Kegiatan digelar di aula rumah makan Dundu Hea Pantai Tololai Desa Mawu, Selasa (16/11/2021).

Hadir Kapolres Bima Kota, Dandim 1608 yang diwakili oleh Danramil Wawo, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bima, Camat Ambalawi, Kapolsek, Danramil, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA), Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kepala Desa se – Kecamatan Ambalawi, perwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan delegasi Karang Taruna Se-Kecamatan Ambalawi.

Ketua PC Lakpesdam NU Kabupaten Bima, Abdul Haris, S.Sos dalam sambutannya menyampaikan, kegiatan tersebut merupakan program dari Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama Republik Indonesia.

“Kegiatan ini merupakan rangkaian dari program penanganan konflik keagamaan di Desa Rite Kecamatan Ambalawi. Di awal tahun kami ajukan program ini selama satu tahun, akan tetapi terjadi refocusing anggaran maka kami hanya diberi dua bula di akhir tahun ini,” ungkapnya.

Rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan oleh tim program selama dua bulan ke depan adalah meliputi kegiatan majelis talim, penerbitan bulletin, seminar radikalisme, dan pembinaan Dai atau mubaliq desa. “Dalam hal ini kami melibatkan pemuda damai yang dideklarasikan hari ini,” terangnya.

Dijelaskan, tujuan kegiatan dilaksanakan untuk menciptakan suasana Ambalawi yang aman damai serta bebas dari paham radikalisme. “Kami dari Lakpesdam NU membantu aparat penegak hukum menciptakan keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat Ambalawi pada umumnya dan khususnya Desa Rite,” katanya.

Menurut Haris, untuk mencegah perbedaan pemahaman di tengah – tengah masyarakat perlu dilakukan sinergitas antara masyarakat, pemerintah, dan aparat penegak hukum. “Lakpesdam NU siap menjadi mitra pemerintah dan aparat penegak hukum, kita jaga keutuhan negara ini. Pokoknya bagi NU, NKRI adalah harga mati,” tegasnya.

Ketua Tanfidzian PCNU Kabupaten Bima yang diwakili Khatib PCNU Mustafa Umar mengungkapkan bahwa NU telah berkontribusi besar terhadap NKRI. ”NU tidak hanya menyelamatkan agama Islam, akan tetapi juga menyelamatkan bangsa dari imperialisme dan upaya dominasi ideologi komunis,” ucapnya.

NU kini telah tumbuh menjadi Ormas terbesar di Indonesia. Cabang NU bahkan tersebar hingga ke luar negeri dengan jumlah cabang di luar negeri mencapai 14 cabang. “Dengan ini NU berkomitmen menjaga keutuhan NKRI,” jelasnya.

Ia mengajak agar warga NU di Ambalawi terus melaksanakan amaliyah NU. Seperti Tahlilan, Qunut, maulid nabi, ziarah kubur hingga adzan dua kali pada sholat jumat. Sebagai warga NU, harus mengamalkan nilai – nilai ahlussunah wal jamaah sebagai landasan hidup sehari – hari.

“Jangan lupakan tawassuth, tawazun, tasamuh dan itidal itu yang sangat penting. Kita harus tetap berlaku seimbang, moderat, toleran, adil,” tandasnya.

Camat Ambalawi, Abdul Muis, S.Sos dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan Lakpesdam NU bahwa kegiatan tersebut cukup dibutuhkan oleh pemerintah kecamatan untuk mengamankan wilayah dari pertentangan dan perbedaan paham dan pemikiran.

”Hanya kegiatan – kegiatan keagamaan yang bisa mempengaruhi pemikiran masyarakat, sehingga terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang harmonis,”pungkasnya.

Muis mengucapkan terima kasih kepada NU yang telah melaksanakan banyak kegiatan pemberdayaan umat.”Hal ini cukup membantu kami sebagai pemerintah dan aparat penegak hukum,” jelasnya.

Sementara itu, Kapolres Bima Kota, Henry Novika Chandra, SIK,MH dalam materinya terkait konflik keagamaan di mata hukum. Dijelaskan, konflik itu ada dua macam. Konflik horizontal dan vertikal. Konflik horizontal merupakan bentrokan antar warga, sedangkan konflik vertikal adalah bentrokan antara masyarakat dengan pemerintah atau institusi lain seperti penegak hukum.

”Konflik berawal dari benturan kepentingan antar individu dan melibatkan kelompok, sehingga menjadi konflik komunal dan akhirnya menjadi konflik vertikal,” katanya.

Salah satu penyebab terjadinya konflik adalah faktor pergaulan sosial dan perbedaan pemahaman atau ideologi. Memicu lainnya adalah Miras dan Narkoba. ”Tapi yang lebih berbahaya lagi adalah perbedaan pemahaman agama,” bebernya.

Dalam hal menangani konflik sosial, pihaknya terus berupaya memangkas peredaran miras dan narkoba di Kabupaten Bima. “Selain dari itu, kami melakukan sinergisitas dengan berbagai elemen masyarakat dan pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang religius. Karena agama Islam tidak mengajarkan untuk pertikaian sesama muslim,” jelasnya.

Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bima yang diwakili oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubag TU), H.Mujiburrahman, S.Ag menyampaikan bahwa peranan pemuda dalam toleransi beragama serta menjaga kebinekaan di negara ini adalah dengan iman dan ilmu.
“Kalau kita beriman dan berilmu, maka kita semua akan jauh dari yang namanya konflik apapun,”ucapnya.

Kemudian sebagai pemuda yang mempelopori perubahan harus terbentuk dalam diri pemuda tersebut karakter seperti apa perubahan itu terjadi. “Sebab, kalau kita menyuruh orang sholat sementara kita tidak, maka sia – sia saja kita menyuruh orang lain,” katanya.

Menurutnya, pemuda harus memiliki integritas pribadi dan integritas sosial. ”Jangan mudah terpancing suasana di luar. Orang yang beriman dan berilmu pasti memiliki integritas tersebut,” tambahnya.

Danramil Wawo, Letda Inf Husain menambahkan bahwa di Kabupaten Bima ini, generasi muda telah diracuni oleh Narkoba. “Di samping paham radikalisme, ini yang paling berbahaya,”ungkapnya.

Berkaitan dengan tugas TNI, Husain menyampaikan bahwa TNI menjaga ketahanan negara dengan memastikan tidak ada musuh yang masuk. “Berbeda dengan Polri, mengamankan negara dari dalam dengan penegakan hukum,” tutupnya. (Dir/*)

Bagikan berita

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

berita terkait

Cari Berita Lain...