Layanan CT-Scan RSUD Sumbawa Untungkan Masyarakat dan Daerah

Bagikan berita

SUMBAWA – Pelayanan di RSUD Sumbawa semakin maju. Pihak rumah sakit kini memiliki alat CT-Scan yang telah beroperasi sejak sebulan yang lalu. Oleh karenanya, masyarakat tidak perlu lagi dirujuk ke rumah sakit luar daerah yang justru memakan biaya besar.

Direktur RSUD Sumbawa, dr. Dede Hasan Basri mengungkapkan, sejak layanan CT-Scan dimulai trend pengunjung terutama dari luar daerah cenderung meningkat. Namun demikian, masih ada sekelompok masyarakat yang menilai bahwa biaya pelayanan justru masih mahal. Padahal faktanya tidaklah demikan.

Diungkapkan, sebelum RSUD memiliki CT-Scan, diagnosa dokter dibantu hasil USG dan rontgen. Hasilnya pun tidak secermat menggunakan CT-Scan. Dengan alat CT-Scan dapat diketahui dengan cepat kondisi jantung, paru, otak, syaraf dan lainnya.

Misalnya, ketika ada pasien tiba-tiba stroke, harus ditangani segera. Dengan CT-Scan dapat diketahui dengan cepat apakah stroke itu disebabkan adanya penyumbatan darah atau pembuluh darah pecah. Dengan diagnosa yang cepat pasien pun dapat ditangani secara tepat.

Selama ini untuk pemeriksaan lebih detail terkait organ vital di bagian dalam, pasien kerap dirujuk ke rumah sakit luar daerah yang melayani CT-Scan, seperti di RSU Mataram. Biaya yang dikeluarkan pasien relative. Meski ditanggung BPJS, tapi biaya lainnya tetap menjadi tanggungan pasien seperti biaya hidup dan transportasi.

Tak hanya itu, RSUD di luar daerah juga tidak menerima Bansos yang dialokasikan Pemda Sumbawa untuk pasien yang tidak terakomodir BPJS. Alhasil, pasien harus mengeluarkan biaya besar untuk penanganannya.

Bagi pasien umum, pelayanan CT-Scan dalam sekali pemeriksaan satu organ biayanya bisa mencapai jutaan rupiah. Pemeriksaan lengkap bahkan jauh lebih mahal.

Dengan adanya alat CT-Scan di RSUD Sumbawa, biaya bisa lebih murah. Bagi yang memiliki BPJS, biayanya ditanggung BPJS. Sedangkan masyarakat tidak mampu dapat mengajukan Bansos untuk bantuan pengobatan dan pelayanan kesehatan dari pemerintah daerah. Bagi yang mampu, tidak perlu ke luar daerah dengan biaya tambahan.

”Alhamdulillah, sekarang tidak lagi. Pasien RSUD tidak dirujuk, bahkan sebaliknya pasien dari RSUD lain dirujuk ke Sumbawa karena sudah memiliki alat CT-Scan. Sebab pelayanan pemeriksaan CT-Scan sangat penting dan dibutuhkan dunia medis terutama para dokter spesialis dalam mendiagnosa kondisi pasien sebagai acuan dalam penindakan,” jelasnya, Senin (28/6/2021).

Diungkapkan Dokter Dede, pengadaan CT-Scan butuh perjuangan yang panjang. Lobi-lobi ke berbagai pihak telah dilakukan. Mulai dengan menemui pihak Bank NTB Syariah Cabang Sumbawa hingga melobi pemerintah pusat melalui dana DAK 2019 dan 2020. Tapi tidak membuahkan hasil.

Akhirnya, RSUD Sumbawa menjalin kerjasama dengan sebuah perusahaan luar daerah untuk pengadaan peralatan senilai belasan miliar rupiah itu. Dalam kerjasama ini, RSUD tidak mengeluarkan biaya sepeser pun baik untuk pembelian maupun biaya pemeliharaan. Ketika ada gangguan atau kerusakan, perusahaan bersangkutan akan mengirim teknisi.

Sedangkan untuk pembagian hasil, sudah disepakati bahwa pemilik modal 70 persen dan RSUD Sumbawa 30 persen. Ketika sudah kembali modal di tahun keempat atau kelima, akan dibuat kesepakatan baru yang kemungkinan pembagiannya 50:50.

”Dana pemeliharaan tidak kita pikirkan, pokoknya saat beroperasi kita bayar, tidak beroperasi kita tidak bayar. Ini memang yang diharapkan agar tidak memberatkan pemerintah daerah,” ujar dr Dede.

Dikatakan, ada rumah sakit yang membeli sendiri alat CT-Scan dengan dana belasan miliar. Ketika alat itu rusak, maka harus menyiapkan dana perbaikan minimal Rp 2 miliar. Karena menunggu dana cair, otomatis alat itu tidak bisa beroperasi dan pelayanan CT-Scan pun terhenti.

”Dengan kerjasama yang kita lakukan ini, semua pemeliharaan maintenance dan kerusakan lainnya ditangani langsung pihak perusahaan. Tanpa sedikit pun kita mengeluarkan uang,” imbuhnya.

Menariknya dari kerjasama ini, setiap pelayanan CT-Scan, perusahaan hanya mengetahui menerima Rp 900 ribu. Meskipun biaya yang ditarik RSUD Sumbawa untuk sekali pelayanan melebihi dari jumlah tersebut. Dari Rp 900 ribu ini, perusahaan hanya menerima Rp 630 ribu, karena Rp 270 ribu diserahkan ke RSUD Sumbawa karena sistemnya bagi hasil.

”Kita sangat diuntungkan dari kerjasama ini. Bukan hanya daerah saja, tapi juga masyarakat selaku penerima manfaat dari pelayanan ini,” pungkasnya. (Red)

Bagikan berita

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

berita terkait

Cari Berita Lain...