Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga meningkat dalam kuantitas, keluasan dan kerumitan. Anak-anak secara bertahap berubah dari melakukan ekspresi menjadi melakukan ekspresi dengan berkomunikasi, yang juga berubah dari komunikasi melalui gerakan menjadi ujaran.
Anak usia dini biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog dan beranyanyi. Sejak usia 2 tahun anak menunjukkan minat untuk menyebut nama benda.
Minat tersebut terus berkembang sejalan dengan bertambah usia dan menunjukkan bertambah pula perbendaharaan kata. Dengan perbendaharaan kata yang di miliki anak mampu berkomunikasi dengan lingkungannya yang lebih luas. Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek.
Selain itu bahasa juga merupakan komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena disamping berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain juga sekaligus sebagai alat untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain.
Masa kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa. Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental.
Maka tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah usia emas (golden age). perkembangan awal lebih penting dari pada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman.
Perkembangan bahasa untuk anak usia dini meliputi empat pengembangan yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pengembangan tersebut harus dilakukan seimbang agar memperoleh pengembangan membaca dan menulis yang optimal.
Perkembangan bahasa untuk anak taman kanak-kanak berdasarkan acuan standar pendidikan anak usia dini no. 58 tahun 2009, mengembangkan tiga aspek yaitu menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan.
Kemampuan bahasa anak khususnya pada kategori reseptif yaitu menerima bahasa, pada tingkat pencapaian perkembangan yakni menyimak perkataan orang lain dan memahami cerita yang dibacakan yang mengacu pada RPPH pada saat observasi diadakan menggunakan tema Tanah Airku yang memiliki indikator mendengarkan guru atau teman berbicara, mendengarkan cerita sederhana, menceritakan kembali isi cerita secara sederhana, dan menyebutkan tokoh-tokoh pada anak usia dini belum mencapai standar kompetensi yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena masih banyak dari mereka yang belum mencapai indikator yang telah dtetapkan.
Indicator tersebut dikatakan masih belum tercapai dengan baik karena pada kenyataannya anak masih banyak yang ramai dikelas saat pembelajaran berlangsung, tidak mendengarkan guru yang sedang berbicara didepan, suka berebut mainan dengan teman sebayanya, tidak fokus, dan anak pun kesulitan untuk menceritakan kembali isi cerita secara sederhana.
Berdasarkan permasalah yang ada, peneliti mengambil kesimpulan bahwa masalah yang dihadapi anak terdapat pada keterampilan mendengarkan atau menyimak yang rendah. Padahal keterampilan mendengarkan pun perlu diajarkan sebagai bagian dari perkembangan bahasa.
Adapun upaya untuk meningkatkan keterampilan mendengarkan pada anak bisa dilakukan dengan cara kegiatan mendengarkan bercerita, mendengarkan suara-suara binatang, menebak suara, menyimak cerita, pesan berantai, menirukan suara, menirukan kalimat, menjawab pertanyaan, mendengarkan radio, mendengarkan kaset cerita untuk anak, lagu-lagu anak, dan lain sebagainya.
Dari kesekian metode, penggunaan metode bercerita inilah yang akhirnya dipilih guna membantu siswa dalam mencapai tingkat pencapaian perkembangan penerimaan bahasa dan pengungkapan bahasa dalam hal ini
- Menyimak perkataan orang lain,
- Memahami cerita dan menjawab pertanyaan sederhana, dan
- Menceritakan kembali cerita/dongeng yang peranah didengar Penyajian teknik bercerita yang baik dapat menumbuhkan imajinasi dan merangsang kreativitas siswa dalam mengangkat pesan atau informasi yang disampaikan.
Perkembangan bahasa anak usia dini, khususnya anak TK memiliki karakteristik tersendiri. membagi perkembangan bahasa anak usia dini menjadi 2 yaitu, karakteristik kemampuan bahasa anak usia 4 tahun dan karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun:
Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 4 tahun ditandai dengan:
- Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Anak sudah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.
- Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaksis bahasa yang digunakan.
- Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
Sedangkan karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun ditandai dengan:
- Sudah dapat mengungkapkan lebih dari 2500 kosakata.
- Lingkup kosakata yang dapat diungkapkan anak menyangkut: warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan jarak dan permukaan.
- Anak usia 5-6 tahun dapat melakukan peran pendengar yang baik
- Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan, anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.
- Percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentaranya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya.
Anak pada usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca bahkan berpuisi. Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu: intelegensi, status sosial sosial, jenis kelamin, hubungan keluarga, dan kedwibahasaan.
Fungsi bahasa bagi anak usia dini adalah untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak . Fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini antara lain:
- Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan
- Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak
- Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak
- Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.
Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan anak TK Efek fun dan learaning yang terkandung dalam sebuah cerita atau dongeng merupakan energi gambaran kekuatan sebuah cerita.
Di samping itu, cara bercerita kita sebagai orang tua tentu lebih mengentalkan efek tersebut agar lebih disukai anak-anak. Adapun tujuan digunakannnya metode ini adalah:
- Melatih daya tangkap anak
- Melatih daya fikir
- Melatih daya konsentrasi
- Membantu perkembangan fantasi/imajinasi anak
- Menciptakan suasana menyenangkan dan akrab di dalam kelas.
Ada beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain, guru dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari gambar, mengunakan papan flanel, bermain peran dalam suatu cerita Vygotsky dalam Jamaris (2006: 34) mengemukakan bahwa “ada dua alasan yang menyebabkan perkembangan bahasa berkaitan dengan perkembangan kognitif.
Pertama, anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi atau berbicara dengan orang lain. Kemampuan ini disebut dengan kemampuan bahasa secara eksternal dan menjadi dasar bagi kemampuan berkomunikasi kepada diri sendiri.
Kedua, transisi dari kemampuan berkomunikasi secara eksteranal kepada kemampuan berkomunikasi secara interanal membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Transisi ini terjadi pada fase praoperasional, yaitu pada usia 2-7 tahun. Selama masa ini, berbicara pada diri sendiri merupakan bagian dari kehidupan anak. Ia akan berbicara dengan berbagai topik dan tentang berbagai hal, melompat dari satu topik ke topik lainya. Pada saat ini anak sangat senang bermain bahasa dan beranyanyi.
Pada usia 4-5 tahun, anak sudah dapat berbicara dengan bahasa yang baik, hanya sedikit kesalahan ucapan yang di lakukan anak pada masa ini.
Ketiga, pada perkembangan selanjutnya anak akan bertindak tanpa berbicara. Apabila hal ini terjadi, maka anak telah mampu menginteranalisasi percakapan egosentris (berdasarkan sudut pandang sendiri) ke dalam percakapan di dalam dri sendiri.
Penulis: Sri Yunita
(Mahasiswa Universitas Terbuka Semester II Kelas BI PGPAUD)