MATARAM – Kualitas mutiara Lombok kian berkelas. Mutiara kelas premium yang dikenal dengan mutiara Laut Selatan ini tak hanya menarik perhatian pencinta mutiara lokal, melainkan nasional bahkan pencinta mutiara dunia.
Mutiara Lombok berasal dari kerang spesies Pinctada Maxsima yang terdapat di perairan Lombok dan Sumbawa. Karena kualitasnya, Pemprov NTB mengupayakan agar mutiara Lombok dapat tercatat dalam Indikasi Geografis (IG).
Ketua Dekranasda NTB Hj. Niken Saptarini Widyawati secara khusus berkunjung ke lokasi pengembangan budidaya mutiara yang berlokasi di Dusun Batu Putih Kamis 25 Februari 2021 dan menyambangi Balai Pengembangan Budidaya Perairan Pantai (BPBPP) Sekotong Kabupaten Lombok barat.
Dalam kunjungannya, Hj. Niken menyemangati para pembudidaya untuk terus berupaya meningkatkan kualitas pengelolaan komoditas yang sudah sejak lama mendunia tersebut.
Ia juga menyampaikan upaya Pemerintah Provinsi NTB untuk mendorong agar mutiara NTB bisa mendapatkan hak Indikasi Geografis.
”NTB terkenal dengan Mutiara yang memiliki kualitas yang mendunia. Untuk budidaya Mutiara juga kita sedang mengupayakan untuk mendapatkan hak Indikasi Geografis,” kata Niken saat berkunjung ke BPBPP.
Menurutnya laut NTB sangat cocok sebagai budidaya air laut sehingga pemerintah terus berperan aktif di tengah masyarakat agar terus memberikan keberlanjutan mutiara Lombok.
Kepala Dinas kelautan dan perikanan Provinsi NTB H. Yusron Hadi menjelaskan adanya IG dapat memberikan nilai jual lebih pada mutiara kerang Lombok.
”IG adalah salah satu instrumen yang memberikan keunikan pada suatu produk. Alhamdulillah Mutiara Lombok sudah punya brand. Jika kita punya IG berarti kita punya nilai kekhasan dan peningkatan nilai jual di pasar internasional,” jelas Yusron.
Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok (BPBL) Mulyanto, ST, M.Si menjelaskan, mutiara Lombok menjadi yang kelima produk yang tercatat IG. Malai dari Sayur Kangkung, Madu Sumbawa, Susu Kuda Liar Sumbawa, Kopi Tambora dan saat ini yang masih diupayakan adalah Mutiara Lombok.
”Sudah kami usulkan. Penyusunan IG banyak melibatkan pemangku kepentingan seperti Kementerian Hukum dan HAM, perindustrian, kelautan, dll. Proses ini beberapa kali ada perbaikan. Sampai saat ini kita masih menunggu. Semoga segera keluar agar memberikan kekhasan untuk Mutiara Lombok ini,” jelasnya.
Penanggung jawab kelompok usaha Tunas Rahayu di Dusun Batu Putih, Sekotong, Muktamar merasakan manfaat besar dari hasil budidaya Mutiara Lombok. Karena mutiara yang dikelolah banyak diminati oleh kalangan atas.
”Budidaya Mutiara yang kita kelola ini banyak diminati oleh kalangan atas. Kita sebagai masyarakat mendapat bantuan dari instansi dan dinas terkait untuk dapat mengelolanya sehingga manfaatnya sangat luar biasa, peningkatan tahap lumayan, bisa sekolahkan anak sampai kuliah juga,” jelasnya.
Muktamar juga mengaku kalau hasil budidaya mutiara lombok sudah diekspor sampai Luar Negeri.
”Ekspor tergantung pesanan, bahkan sampai luar negeri dan dari cina sering ke sini. Dikarenakan nilai jual Mutiara Lombok di pasaran dilihat dari besar maupun kecilnya Mutiara. Jika ada cacatnya bisa turun harganya jika bundar besar maka harganya bisa ratusan juta perbiji,” tandasnya. (Red)