SUMBAWA, Samotamedia.com – Pemkab Sumbawa, mencanangkan aksi bergizi secara serentak tingkat Kabupaten. Peresmian dilakukan secara simbolis di SMPN 2 Labuhan Badas, pada Sabtu (7/9/2024) untuk meningkatkan kesadaran siswi remaja untuk mengkonsumsi tablet tambah darah.
“Aksi bergizi ini merupakan gerakan nasional dalam meningkatkan kesadaran siswi remaja putri membiasakan konsumsi TTD ( Tablet Tambah Darah), selain makan makanan dengan menu gizi seimbang dan aktivitas fisik atau olahraga,” kata Kadikes Sumbawa, Junaedi.
Jun melanjutkan, gerakan aksi bergizi bertujuan memotivasi sekolah dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pentingnya gizi remaja putri. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk upaya pencegahan kekurangan darah (Anemia) bagi peserta didik.
“Edukasi kesehatan dan gizi, senam pagi dan aktivitas fisik bersama, pemberian gizi seimbang dan tablet tambah darah sebagai bentuk upaya pencegahan stunting. Pemberian tablet tambah darah di sekolah SMP dan SMA juga akan diberikan secara rutin,” terangnya.
Seraya menambahkan, aksi bergizi ini dilaksanakan secara serentak di seluruh sekolah setingkat SMP dan SMA. Di Kabupaten Sumbawa ada 108 SMP dan SMA sebanyak 49 sekolah.
“Total keseluruhan ada 157 sekolah sedangkan pada hari ini (Sabtu, red) dan dipusatkan di SMPN 2 Labuhan Badas dengan jumlah siswa/siswi sebanyak 179 orang,” jelasnya.
Bupati Sumbawa Drs. H. Mahmud Abdullah dalam arahannnya mengatakan, kesehatan masyarakat khususnya remaja menjadi salah satu prioritas pemerintah. Bahkan masalah yang dihadapi masih rendahnya pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat khususnya para remaja terkait gizi dan kesehatan.
“Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018 tercatat bahwa 26,8 persen anak usia 5 – 14 tahun di Indonesia menderita anemia, dan angka ini meningkat menjadi 32 persen pada usia 15 – 24 tahun di Kabupaten Sumbaw,” ucapnya.
Haji Mo melanjutkan, hasil skrining anemia terhadap remaja putri kelas 7 dan 10 pada tahun 2024 menunjukkan 38,91 persen dari remaja putri mengalami anemia. Di kecamatan Labuhan Badas, hasil skrining 301 siswa putri menunjukkan bahwa 32,8 persen atau 106 siswa mengalami anemia.
“Angka-angka ini berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri kesehatan dan tentunya ini adalah hal yang sangat memprihatinkan,” terangnya.
Sehingga untuk menanggulangi masalah ini lanjut Haji Mo diperlukan upaya komunikasi, informasi, dan edukasi dengan penyebarluasan informasi kesehatan kepada masyarakat. Khususnya remaja harapannya bisa meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku sehat di kalangan remaja.
“Masa remaja merupakan masa krusial dalam menentukan kualitas seseorang di masa depan kurangnya asupan gizi dapat meningkatkan kerentanan penyakit di usia dewasa dan beresiko melahirkan generasi yang mengalami gangguan gizi salah satunya stunting,” terangnya.
Seraya menegaskan salah satu langkah strategis dalam mendukung pembangunan kesehatan yang bermutu adalah melalui kegiatan aksi gizi. Kegiatan aksi gizi ini bukan hanya sekedar aksi seremonial, tetapi merupakan salah satu upaya konkret dalam mendukung visi Indonesia emas 2045.
“Kita berharap Indonesia bisa menjadi negara maju dengan sumber daya manusia berkualitas sehat dan unggul, untuk mewujudkan visi ini kita harus mulai dengan memberikan perhatian terhadap kesehatan dan gizi generasi muda,” tukasnya. (Red)