Pupusnya Harapan Penegerian UNSA, Rektor: Semoga Ada Cahaya di Ujung Lorong yang Gelap

 Pupusnya Harapan Penegerian UNSA, Rektor: Semoga Ada Cahaya di Ujung Lorong yang Gelap

SUMBAWA, Samotamedia.com – Harapan Universitas Samawa (UNSA) untuk menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pupus. Demikian diungkapkan Rektor UNSA, Prof. Dr. Syaifuddin Iskandar, M.Pd pada acara wisuda angkatan ke 18 yang digelar di Ruang Auditorium UNSA, Jumat (29/10/2021).

”Pupusnya harapan UNSA menjadi negeri karena pemerintah tidak lagi membuka ruang usulan PTS menjadi PTN. Kena moratorium. Namun, semoga satu saat peluang itu masih ada titik terang di ujung lorong yang gelap,” kata Rektor.

Kini UNSA fokus terhadap pembenahan sarana dan prasarana. Sebab 4 kampus UNSA yang tersebar di sejumlah titik masih memiliki banyak kekurangan. Di antaranya, gedung Fakultas Hukum UNSA di Jalan Yos Sudaro yang sudah tua dan mulai lapuk.

”Alhamdulillah saat ini lagi direnovasi berkat bantuan dan kebaikan hati Pak Abdul Rofiq Ketua DPRD Sumbawa yang telah menggelontorkan dana Pokir 200 juta. Terima kasih Pak Rofiq,” ucap Prof. Ude, akrap rektor disapa.

UNSA juga berupaya mengajukan permohonan bantuan dana ke Pemda Sumbawa untuk rehab gedung rektorat dan pemasangan flapon ruang auditorium. Permohonan serupa juga diajukan pihak kampus ke Pemda KSB untuk rehab ringan dan pengadaan alat lab sejumlah Prodi.

Selain itu, UNSA juga telah mengajukan permohonan bantuan ke Gubernur NTB. Rencana untuk pembangunan gedung Dekanat Fakultas Teknik. Sayangnya, permohonan UNSA sampai saat ini belum mendapat resfon dari Gubernur.

”Ada juga usulan proposal ke Gubernur NTB untuk tambahan pembangunan gedung Dekanat Fakuktas Teknik lantai dua dengan nilai 2,5 miliar. Cuma usulan ini belum ada konfirmasi dari pihak gubernuran, Insyaallah dalam waktu dekat kami akan berkunjung ke Pak Gubernur,” ujarnya.

Berbagai rencana juga disiapkan pihak kampus untuk memajukan PTS tertua di Kabupaten Sumbawa itu. Salah satunya akan mengajukan permohonan kepada 45 anggota DPRD Sumbawa agar mengalokasikan bantuan dana melalui dana Pokir mereka masing-masing.

”Seratus juta kali 45 orang sama dengan 4,5 miliar untuk membangun auditorium di kampus UNSA Biling Monte, bila perlu kita beri nama Auditorium Dewan 2019-2024,” pungkasnya. (Red)

1 Comment

  • Ini rektor UNSA tidak peka atau memang egois. Ada alasan kenapa dilakukannya moratorium, ya karena sudah terlalu banyak PTS tersebar di pelosok daerah di Indonesia, maka pemerintah melalui kemendikbudristek mengupayakan penggabungan beberapa universitas didaerah menjadi satu-kesatuan. Maka jika ingin dinegerikan, UNSA dan UTS harus merger. Jangan merasa karena merupakan PT tertua, maka ingin lebih dulu diprioritaskan. UTS yang terbilang muda dengan memanfaatkan teknologi, terbukti peringkat klusternya lebih tinggi daripada UNSA yang sudah lama berdiri.
    Adanya perguruan tinggi semata-mata untuk kepentingan pendidikan para generasi di daerah, demi pembangunan daerah, bukan untuk memperkaya golongan2 tertentu, golongan petinggi Universitas atau pemililk yayasan misalnya.

    -Salam berkemajuan, dari anak muda sumbawa yang resah dengan daerahnya sendiri (saya bukan dari alumnus UTS maupun UNSA, saya alumnus PT luar daerah yang kebetulan ber-KTP Sumbawa)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *