SUMBAWA – Sabtu (26/12), cuaca tampak cerah berawan. Separuh perjalanan menuju Kecamatan Orong Telu tampak tak ada beda dari biasa. Aspal berlubang, jalan licin dan berlumpur. Semua itu berhasil dilalui tanpa hambatan berarti.
Jam telah menunjukkan pukul 11.00 Wita. Panas matahari pun mulai terasa. Sementara sepeda motor yang kami gunakan hanya bisa melaju dengan kecepatan rendah.
Dalam perjalanan, dari jarak sekitar 200 meter tampak sejumlah sepeda motor berjejer di depan warung-warung di pinggir sungai.
Itu adalah kendaraan milik warga dari dan menuju Orong Telu. Mereka biasa berhenti sejenak di sana, sambil menikmati seruput kopi sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
Sungai yang selalu ramai itu disebut warga setempat dengan sebutan Brang Punik. Itu nama sungai kedua yang dilewati menuju Orong Telu. Setelah Uma Luar, sungai pertama perbatasan Kecamatan Lenangguar dengan Orong Telu.
Dari dekat, sejumlah sepeda motor itu tampak basah. Dari mesin dan knalpot tampak keluar asap. Sepeda motor itu rupanya baru saja menyebrangi sungai. ”Jembatannya putus,” cetus salah seorang warga.
Jembatan limpas itu sudah lama putus. Akibat diterjang air bah sekitar setahun yang lalu. Agar bisa dilewati, material dari batu-batu besar ditimbun menggunakan alat berat. Tidak bertahan lama, rusak lagi. Diperbaiki, namun rusak lagi begitu seterusnya.

Saat ini, kondisi jembatan Brang Punik sama sekali tidak bisa dilalui kendaraan. Baik oleh roda dua maupun roda empat. Solusinya harus menyebrangi sungai dengan kedalaman air selutur orang dewasa di sebelah timur jembatan.
Untungnya air sungai tidak deras dan tak terlalu dalam. Kondisinya akan berbeda ketika hujan deras mengguyur wilayah itu. Warga terpaksa harus bermalam menunggu air surut. ”Ya kalau air sungainya besar nggak bisa lewat,” tambahnya lagi.
Sungai kedua berhasil dilewati. Meski sepeda motor yang kami gunakan sempat kandas, dan tas berisi pakaian juga ikut nyemplung.
Sekitar 15 menit perjalanan setelah dari Brang Punik, dari ketinggian tampak sebuah jembatan yang masih dalam proses pengerjaan. Dari sebelan timur jembatan, tampak sejumlah sepeda motor yang mengantri untuk diseberangkan.
Sisi lain tampak 5 orang bersiap-siap mengangkat sepeda motor menggunakan dua kayu sepanjang dua meter untuk diseberangkan. Menyebrangi sungai dengan ketinggian air sepaha orang dewasa.
Itulah sungai Tempoak Renok. Jembatannya masih dalam pengerjaan. Sementara jembatan penyebrangan sementara (Jalan wakil) beberapa kali putus disapu air bah.
Untuk menyebrangi sungai motor harus dipikul. Terkadang juga menggunakan rakit disaat debit air meningkat. Biayanya pun relative mahal. Mulai dari Rp40 ribu hingga Rp50 ribu per sepeda motor.

Sedangkan untuk roda empat, akses tidak ada sama sekali. Harus menunggu air surut. Oleh karenanya, tak sedikit pengguna roda empat yang terpaksa harus bermalam. Bahkan Camat Orong Telu pun termasuk korban. ”Saya juga pernah bermalam,” aku Camat Orong Telu, Ardiyansyah, Minggu (27/12/2020).
Berdasarkan Sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Sumbawa 2020, proyek peningkatan jembatan Senawang II itu menelan anggaran Rp7 miliar.
Tendernya dimenangkan oleh PT. Citra Djadi Nusantara. Yang beralamat di Jalan Kumala Nomor 134 RT 03 RW 06 Makassar Sulawesi Selatan. Dengan penawaran Rp6,682.517.670.23.
Karena faktor alam, pengerjaan jembatan sepertinya akan molor. Rekanan bahkan telah meminta perpanjangan waktu. Alasannya perancangan yang telah terpasang telah hanyut diterjang air bah.
Mengingat sulitnya akses penyebrangan, pengerjaan jembatan terus dikebut. Progres pengerjaan hingga saat ini terus meningkat. Kedua ujung jembatan mulai terhubung. Di sisi jembatan disediakan akses khusus pejalan kaki.
Meski cukup berbaya tapi lumayan membantu. Setidaknya, warga tidak perlu lagi menggunakan rakit. Rakit hanya berfungsi untuk penyebrangi kendaraan bermotor.

Mengingat kondisi alam yang tak bersahabat, Camat berharap agar warga bisa lebih bersabar. Derita masyarakat Orong Telu saat ini tak sebanding dengan kesulitan sebelum dibangunnya jembatan. ”Kami harap warga bisa bersabar,” harap Ardiyansyah.
Pihak kecamatan dilema. Di samping Tempoak Renok, kesulitan yang sama juga menanti di Brang Punik. Belum lagi persoalan di Dewa Dara. Tanjakan terparah yang pernah beberapa tahun lalu memakan korban. Truk pengangkut kayu dikabarkan terbalik, satu nyawa melayang.
Berdasarkan hasil komunikasi pihaknya dengan pihak PUPR Sumbawa, jembatan Brang Punik telah diambilalih provinsi. Sementata Dewa Dara akan dilakukan pengerjaan secara swadaya.
”Terus terang, saya dengan teman-teman yang punya mobil carry, yang dagang itu, dan sopir-sopir truk sudah sepakat untuk gotong royong di Dewa Dara. Mungkin bulan depan,” pungkasnya.
Setelah melewati Tempoak Renok, tersisa dua sungai lagi sebelum sampai desa tujuan, Senawang Orong Telu. Yaitu Sungai Tiu Mgelayam dan Sungai Kermung Brang Rea. Untungnya, tak ada masalah dengan kedua jembatan.
Jembatan limpas Tiu Mgelayam masih tampak kokoh. Sementara jembatan di sungai Kermung Brang Rea telah dibangun permanen pada tahun 2016 lalu. (jho)