SUMBAWA, Samotamedia.com – Keempat korban yang tewas di lubang tambang Palempat Lenyeng Desa Gapit ternyata masih berkeluarga. Tiga di antaranya merupakan saudara kandung. Demikian diungkapkan Kepala Desa Gapit, Aman Muslimin, Kamis (7/10/2021).
Keempat korban adalah M Ridwan (29), M Robi Rafi’i (21), M Said (33). Tiga bersaudara ini adalah warga Desa Gapit Kecamatan Empang.
Sedangkan satu lainnya adalah pria 33 tahun, Silet (Nama panggilan), asal Desa Kakiang Kecamatan Moyo Hilir. Pria tersebut juga masih bagian dari keluarga korban lainnya.
”Yang dari Gapit itu ketiganya bersaudara. Yang satunya (Silet) masih keluarga juga. Kalau tidak salah masih ipar salah satu koban lain. Kan (Tiga saudara) ketiga-tiganya beristri di Kakiang,” ungkapnya.
Menurut Kades, para korban sudah lama menggali lubang tambang tersebut. Hal ini bisa dilihat dari kedalaman tambang yang telah mencapai belasan meter. Para korban juga intens di lokasi.
Pada Jumat 4 Oktober 2021 lalu, salah satu korban M Robi Rafii sempat pulang dari lokasi penambangan untuk mengambil sejumlah peralatan. Dia kembali lagi ke lokasi pada sore harinya. Setelah itu dia tak pernah terlihat lagi.
Pada Selasa 5 Oktober 2021 terdengar kabar bahwa keempat korban meninggal dunia di lokasi. Kejadian tragis itu pertama kali diketahui oleh Jamil dan Sahrul, warga Dusun Abadi Desa Gapit. Kebetulan keduanya memiliki ladang di dekat TKP.
Saat itu, mereka hendak meninjau ladang mereka yang akan digarap menjelang musim penghujan. Mereka kemudian mencari air minum lantaran kehausan. Keduanya menuju lokasi tambang yang relative dekat dari ladang mereka.
Setibanya di TKP, mereka tidak menemukan siapa pun. Hanya terlihat tiga sepeda motor, sepatu, sandal, pakaian dan tembakau yang tersimpan di atas balai-balai dekat lubang. ”Orangnya dipanggil-panggil tapi tidak ada yang nyawut,” tutur Kades.
Kedua saksi mulai berpikir akan terjadinya hal buruk. Asumsi mereka semakin diperkuat oleh bau menyengat dari arah lubang. Keduanya langsung pulang memberitahukan masalah itu ke pihak keluarga dan pemerintah desa setempat.
Setelah dicek ke lokasi, ternyata informasi itu benar adanya. Korban telah tewas dalam satu lubang yang sama. Diduga kuat karena kehabisan oksigen. Dugaan lainnya karena mencium gas beracun.
Setelah mendapatkan informasi, pemerintah desa langsung berkordinasi dengan BNPB Sumbawa dan pihak kepolisian untuk melakukan evakuasi. Namun evakuasi baru bisa dilakukan keesokan harinya.
Tim Basarnas dilaporkan tiba di TKP Rabu (6/10) sekitar pukul 11.00 wita. Namun proses evakuasi baru bisa dilakukan sekitar pukul 14.00 wita.
Tim evakuasi sempat mengalami kesulitan. Selain peralatan terbatas, lubang tambang juga dalam dan sempit. Ditambah lagi kemungkinan adanya gas beracun di dalam lubang.
Dibantu warga sekitar, akhirnya proses evakuasi pun dilakukan. ”Masyarakat yang turun itu, yang biasa di dalam lubang tambang,” terang Kades.
Dilihat dari kondisi jenazah, korban diduga telah meninggal dunia beberapa hari sebelumnya. Pihak BNPB Sumbawa memperkirakan korban meninggal pada Sabtu, 2 Oktober 2021 lalu.
Kini, para korban telah bersemayam di peristirahatan terkahir mereka. Jenazah dikebumikan pada Rabu (6/10) kemarin. Sementara pihak keluarga ikhlas menerima peristiwa itu murni sebagai musibah. (Jho)