SUMBAWA – Kualitas pelayanan di RSUD Sumbawa terus ditingkatkan. Setelah menghadirkan alat CT-Scan, kini pihak rumah sakit berupaya menghadirkan alat cuci darah dan pabrik oksigen. Dua fasilitas baru ini ditargetkan terealisasi Agustus 2021 mendatang.
”Insya Allah mohon doa restu. Jika tidak ada halangan, bulan Agustus sudah terealisasi,” ungkap Direktur RSUD Sumbawa, dr. Dede Hasan Basri kepada awak media, Senin (28/6/2021).
Untuk pengadaan dua alat ini, pihak rumah sakit menggandeng pihak ketiga dengan sistem bagi hasil. Hebatnya lagi, dalam pengadaan alat cici darah pihak rumah sakit tidak keluar biaya sepeser pun. Baik dalam hal pembelian alat maupun biaya pemeliharaan. Biaya sepenuhnya ditanggung mitra.
Tidak hanya itu, dalam kerjasama tersebut pihak ketiga juga sepakat menyiapkan instruktur dalam rangka mencetak sumber daya manusia di RSUD Sumbawa. ”Kita hanya siapkan tempat dan SDM saja. Setelah itu kita nikmati hasilnya,” ungkap dr. Dede.
Kehadiran alat canggih ini dinilai penting. Selama ini, pasien gagal ginjal dan harus dilakukan cuci darah seumur hidup, terpaksa dirujuk ke Mataram. Ada juga yang melakukannya secara mandiri di RSUD Asy-Syifa Sumbawa Barat.
Bagi pasien dari Sumbawa, tentu memberatkan. Sebab harus merogoh kocek untuk kebutuhan biaya di luar tanggungan BPJS seperti mobilisasi dan biaya hidup selama perawatan. Mengandalkan Bansos, sayangnya tidak laku di RSUD luar daerah.
Setelah 8 Tahun, Pabrik Oksigen jadi Milik Daerah
Pabrik tabung oksigen, rencana dibangun di lahan RSUD Sering. Semua peralatan dan biaya pembangunan pabrik sepenuhnya ditanggung perusahaan. Skema pembagian hasil, pihak ketiga 75 persen dan daerah 25 persen.
Menurutnya, kesepakatan 75:25 ini berlangsung selama 8 tahun. Setelah itu, pabrik menjadi milik daerah sepenuhnya. ”Semua ini kami ikhtiarkan untuk masyarakat dan daerah, sehingga pelayanan kesehatan bisa terpenuhi,” katanya.
Kehadiran pabrik oksigen dinilai sangat berarti, mengingatkan tingginya kebutuhan rumah sakit akan tabung oksigen. Menurut dr. Dede, RSUD Sumbawa membutuhkan 1000 tabung oksigen sebulan. Belum termasuk kebutuhan tabung oksigen di Puskesmas-puskemas.
Untuk satu tabung oksigen, dibeli seharga Rp235 ribu. Alhasil, rumah sakit harus keluar dana Rp235 juta per bulannya. Berangkat dari kondisi itu, maka kerjasama dengan pihak ketiga adalah solusi. Selain kebutuhan oksigen tercukupi, secara bisnis daerah juga diuntungkan. (Red)