UKM/IKM di NTB Harus Berani Masuk Dunia Digital

Bagikan berita

Samotamedia.com – Pandemi Covid-19 telah memberikan begitu banyak pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan. Termasuk juga dalam hal pemasaran produk-produk hingga transaksi jual beli antara produsen dan konsumen.

Banyak pelaku usaha yang terhambat bahkan tidak mampu memasarkan produknya selama masa pandemi berlangsung. Pemanfaatan media digital kemudian menjadi pilihan.

Namun, pandemi Covid-19 di NTB juga telah memberikan berkah tersendiri bagi masyarakat, khususnya bagi pelaku UKM/IKM.

Selama masa pandemi, Pemerintah Provinsi NTB terus berusaha agar UKM/IKM mampu bertahan di tengah kesulitan yang dihadapi.

Jaring Pengaman Sosial (JPS) Gemilang, itulah salah satu solusi yang dihadirkan Pemprov NTB dalam upaya membantu UKM/IKM untuk mampu terus melakukan aktifitasnya.

Hal inilah yang disampaikan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah ketika ditunjuk menjadi pembicara pada Webinar UMKM Siap Digital bertempat di Ruang Kerja Gubernur, Kamis, 9 Juli 2020.

Tidak hanya Gubernur, Webinar yang mengusung tema “Transformasi Digital UMKM” ini juga menghadirkan Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi, Menteri Koperasi dan UKM serta CEO DANA Indonesia sebagai pembicara.

Dalam kesempatan itu, Zul mengungkapkan bahwa JPS Gemilang merupakan salah satu cara dalam memulihkan perekonomian di NTB. Melalui JPS Gemilang, UKM/IKM tetap mampu menghasilkan produk yang dapat didistribusikan kepada masyarakat terdampak Covid-19.

“Jadi jangan sampai kita mengatakan stay at home, kemudian karantina mandiri dan lain sebagainya, tapi masyarakat tidak diberikan kesibukan,” jelasnya.

Sampai saat ini, tercatat 4.673 IKM/UKM yang ikut terlibat dalam distribusi JPS Gemilang. Menurutnya, program ini merupakan suatu keberanian dari Pemprov NTB demi menjamin keberlangsungan UKM/IKM.

Dalam waktu dekat, JPS Gemilang Tahap III akan segera diluncurkan menyusul JPS Gemilang Tahap I dan II yang telah berhasil didistribusikan kepada masyarakat sebelumnya.

”Karena kami yakin betul bahwa untuk mengatasi pengangguran, kita bebas dari kemiskinan, harus berani meretas jalan baru dengan langkah yang tidak biasa,” tambahnya.

Ia mengakui bahwa masih banyak kekurangan baik di dalam produk hingga proses distribusinya. Namun bagi Doktor Zul, ada nilai pembelajaran yang dapat diambil untuk peningkatan kualitas produk di masa yang akan datang. Pembelajaran itulah yang menurutnya tidak ternilai harganya.

”Untuk pembelajaran itu ada biayanya, tidak gratis, tidak otomatis dan tidak timeless. Jadi memang memberdayakan UKM ini butuh effort, butuh kerja keras,” tuturnya.

Gubernur berharap UKM/IKM di NTB mampu naik kelas bukan hanya skalanya tetapi juga kompetensi dan kapasitasnya. “Dan yang paling penting, ini yang paling mahal, masyarakat kami percaya bahwa ternyata kami punya kemampuan. Bukan hanya bikin masker, APD, bahkan produk dengan tingkat teknologi yang lebih complicated, kita mampu merealisasikannya,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki meminta para pelaku UKM/IKM mempersiapkan diri dalam menghadapi New Normal. Ia pun turut mengajak UKM/IKM yang ada agar berani menggunakan media digital dalam memasarkan produk mereka.

Ia menilai, saat ini merupakan momentum untuk UMKM berani memanfaatkan media digital tersebut. “Kami memperoleh gambaran dari beberapa pelaku e-Commerce, bahwa UMKM yang mampu bertahan di masa pandemi adalah UMKM yang melakukan refocusing produk, inovasi produk dalam kegiatan usahanya, termasuk UMKM yang memanfaatkan momentum saat ini untuk masuk ke dunia digital,” terangnya.

Adapun arahan Presiden yang disebutnya untuk tahun 2020 ini menargetkan total sepuluh juta UMKM untuk masuk atau terhubung ke ekosistem digital.

Terhitung sejak 14 Mei 2020, Gerakan Bangga Buatan Indonesia, telah mencapai penambahan 789 ribu unit UMKM yang masuk ke ekosistem digital.

Ia yakin di akhir tahun target yang ditentukan akan mampu tercapai. Ia juga menjelaskan bahwa ada dua hal dalam digitalisasi UMKM, pertama memperluas akses pasar, baik itu domestik dan global. Kedua, memperbaiki proses bisnis yang lebih efisien.

Selain itu, digitalisasi juga akan memberikan kemudahan untuk UMKM memperluas akses dari pembiayaan.

Teten juga turut menyoroti bahwa pasca pandemi Covid-19 akan ada tuntutan mengenai kualitas standarisasi produk, aspek kesehatan akan menjadi pertimbangan utama konsumen, terutama untuk produk makanan dan minuman.

”Sehingga proses produksinya harus betul-betul higenis, produknya harus terbebas dari virus, karena itu mulai dari bagaimana di produksi hingga packaging harus menjamin aspek-aspek itu,” sambungnya.

Sementara untuk fokus kedepan adalah melakukan pemberdayaan, pembinaan untuk UMKM yang memiliki produk yang potensial untuk ekspor.

Berdasarkan arahan Presiden, ekspor UMKM harus mampu naik dua kali lipat, yang saat ini baru pada angka 14 persen. “Diperlukan kolaborasi semua pihak baik kementerian dan lembaga, dunia usaha, akademisi agar seluruh inisiasi dalam memastikan seluruh produk UMKM menguasai pasar nasional dan global,” pungkasnya.

Sementara itu, Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan jika salah satu permasalahan utama UKM/IKM di NTB yakni rendahnya pemanfaatan internet.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, hingga tahun 2018 hanya terdapat 3,56 persen pelaku UMKM yang memanfaatkan internet untuk menunjang aktifitas usahanya.

Sedangkan untuk dampak Covid-19 bagi UMKM, ada pada penurunan permintaan serta kendala pemasaran. Sektor industri makanan dan industri kreatif menjadi yang paling terdampak Covid-19.

Pandemi Covid-19 juga disebutnya telah mengubah perilaku konsumen dan pelaku usaha dalam penggunaan media digital, khususnya platform jual beli yang akan bertahan melampaui pandemi.

“Dalam kondisi kita seperti sekarang, global mengalami masalah ekonomi ini, tapi kita bersyukur penanganan Covid-19 saya kira juga cukup bagus, walaupun disana sini masih ada masalah, tapi day-to-day saya kira trendnya semakin baik,” ujarnya.

Luhut kemudian memaparkan program Bangga Buatan Indonesia (BBI). Salah satu tujuan utama BBI antara lain, mempercepat perputaran siklus ekonomi lokal, memperbaiki daya beli masyarakat, mendorong kebangkitan ekonomi pasca pandemi serta menumbuhkan rasa bangga pada produk lokal.

Tak ketinggalan, CEO Dana Indonesia, Vince Iswara mengajak para pelaku usaha untuk memanfaatkan media digital dalam menjual berbagai produknya.

Ia menyebut saat ini anak-anak muda cenderung memilih mencari produk secara online sebelum melakukan pembelian produk. “Kita harapkan bisa mengajak teman-teman disini untuk Go Digital, karena benefitnya sangat banyak dan semuanya bisa dilakukan dengan cepat dan secara gratis,” ajaknya.

Turut mendampingi Gubernur pada Webinar kali ini, Asisten II, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi NTB, Kepala Dinas Perindustrian Provinsi NTB, Direktur Utama Bank NTB Syariah. (red)

Bagikan berita

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

berita terkait

Cari Berita Lain...