MATARAM – Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat maupun suatu bangsa. Namun, seiring berjalannya waktu, berbagai kasus yang terjadi pada anak menjadi permasalahan yang serius bagi pemerintah. Salah satunya adalah kasus kekerasan pada anak.
Hal ini menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi NTB. Menurut Wakil Gubernur NTB Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah bahwa penanganannya harus langsung menuju ke akar masalah. Ia juga menginginkan agar sosialisasi terkait dengan upaya penyelesaian permasalahan kekerasan pada anak dapat dilakukan secara massif, disamping upaya menemukan akar permasalahan secara ilmiah.
”Saya ingin kita menyelesaikan masalah dengan secara ilmiah, jangan hanya covernya saja yang heboh, tetapi akar masalahnya juga harus diperhatikan sebaik mungkin, bisa langsung ditinjau kepada desa tempat kasus tersebut berasal,” tutur Rohmi saat menerima audiensi Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi NTB yang berlangsung di Aula Pendopo Wagub NTB, Rabu (05/05).
Selain itu, Rohmi menuturkan bahwa penyebaran edukasi yang paling efektif di masyarakat dapat dilakukan melalui posyandu, khutbah masjid dan sekolah yang dapat dikemas semenarik mungkin.
“Buat edukasi yang menarik, sehingga itu akan membuat efektif. Kalua misalnya tentang perlindungan anak yang ditayangkan sebuah video bagaimana cara memperlakukan anak dengan baik,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Provinsi NTB, Sahan, S.H., mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus bersinergi dengan pemerintah dalam menanggulangi kekerasan pada anak. Diantaranya adalah dengan membentuk berbagai program – program seperti Peraturan Desa tentang Pencegahan Pernikahan Anak di Kabupaten Lombok Utara (KLU).
Selain itu, juga dibentuk Forum Anak bersama dengan Lembaga Perlindungan Desa yang bertujuan untuk memberikan ruang pada anak untuk saling membaur dalam interaksi yang positif. Seperti pada tahun 2019 dibangun pondok ceria sebagai pemulihan psikis jiwa anak – anak yang didirikan pada 20 titik.
”Penguatan kapasitas anak dan keluarga dimana pada masing – masing dusun terus berjalan, disana ada posyandu keluarga, kemudian kami berdayakan dengan adanya khutbah jumat, dimana LPA menyiapkan 24 judul khutbah jumat tentang kekerasan anak,” jelas Sahan. (Red)