MATARAM – Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalillah memberikan pemaparan terkait dengan langkah-langkah strategis Pemprov NTB dalam rangka peningkatan SDM masyarakat melalui pendidikan. Pemaparan disampaikan melalui Webinar Ikatan Alumni S3 UNJ, Kamis, 11 Juni 2020.
Wagub menyampaikan kepada peserta Webinar bahwa ada 6 misi NTB Gemilang yang sedang dijalankan, salah satunya adalah misi NTB Sehat dan Cerdas. Misi ini berkaitan dengan pendidikan di NTB.
Pembangunan SDM melalui investasi di bidang pendidikan ditekankan harus menyesuaikan dengan kebutuhan daerah dan negara.
“Berbicara pendidikan, tentunya kita melihat misi NTB Gemilang yang ke-3 yaitu Sehat dan Cerdas. Berbicara arah kebijakan pendidikan di NTB, sesuai dengan Perda Nomor 7 tahun 2018, ada tiga hal, mewujudkan akses pendidikan yang berkeadilan, meningkatkan mutu dan daya saing pendidikan, serta meningkatkan peran serta masyarakat,” terangnya.
Dalam mewujudkan layanan akses pendidikan yang berkeadilan, Wakil Gubernur menyampaikan bahwa ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Diantaranya membangun Rumah Bahasa, SMA Terbuka, Beasiswa berprestasi dalam negeri, layanan sekolah inklusi, dan menciptakan program sekolah perjumpaan.
Wagub mengatakan bahwa Rumah Bahasa diniatkan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing bagi warga NTB, terutama para pelajar/mahasiswa.
Baca Juga: Masyarakat Tolak Pengalihan SMAN 1 Ambalawi Jadi SMK
Kegiatan ini bekerjasama dengan kabupaten/kota se-NTB, menyediakan kursus Toefl dan IELTS bagi masyarakat NTB. “Kita harapkan masyarakat NTB memiliki kemampuan dalam berbahasa asing, dan yang ingin melanjutkan pendidikan juga memiliki akses, bagi yang mengalami masalah finansial bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi,” terangnya.
Sementara sekolah terbuka kata Wagub adalah salah satu cara pemerintah untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat yang putus sekolah untuk melanjutkan pendidikannya.
Selain itu, layanan sekolah inklusi dikhususkan untuk siswa-siswi yang memiliki kebutuhan khusus dalam mengikuti pendidikan di sekolah reguler untuk menggali potensi mereka. “Anak-anak dengan kebutuhan khusus adalah bukan anak yang kurang, namun memiliki kelebihan-kelebihan yang harus dieksplor,” kata Rohmi.
Rohmi mengatakan, adapun sekolah perjumpaan merupakan layanan akses pendidikan yang berkeadilan dan menjadi salah satu strategi Pemerintah untuk memberikan informasi, pengetahuan dan keterampilan dari instansi pemerintah maupun masyarakat serta dilakukan melalui kelompok masyarakat.
”Sekolah Perjumpaan diniatkan untuk memfasilitasi pertemuan-pertemuan, baik itu dalam lingkup masyarakat maupun institusi pendidikan,” jelasnya.
Untuk meningkatkan mutu daya saing, Pemerintah Provinsi NTB menyiapkan sekolah mandiri teknologi, program teaching factory, STIPark NTB, Sekolah Bersih dan Sehat, dan Beasiswa NTB.
“Kita memiliki program unggulan yaitu industrialisasi, yang mana tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai tambah dari seluruh produk NTB,” tuturnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, program teaching factory dan tempat pratek yaitu STIPark NTB disediakan oleh pemerintah. Dengan fasilitas tersebut, masyarakat NTB dapat mengembangkan kemampuannya di bidang industri.
“Masyarakat tidak boleh lagi sedikit-sedikit mengirim barang mentah baik itu dari hasil pertanian, peternakan, perikanan dan hasil-hasil karya. Harus dilakukan pengolahan dahulu untuk meningkatkan nilai tambah,” terang Alumni S3 di UNJ ini.
Dalam hal mewujudkan peningkatan pendidikan, peran serta masyarakat sangat dibutuhkan.
Oleh sebab itu Pemerintah provinsi NTB mendorong terlibatnya keluarga dalam pendidikan, program belajar dari rumah serta sekolah perjumpaan.
Dalam proses pendidikan, sambungnya, Pemerintah provinsi NTB melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memberikan materi muatan lokal yang sesuai dengan budaya di NTB, baik itu budaya Sasak, Samawa, maupun Mbojo yang salah satu bentuknya adalah kompetisi game tradisional.
Satu hal lagi yang disampaikan Wagub dalam kesempatan tersebut yaitu di masa pandemi Covid-19 ini, ia mengajak semua pihak untuk tidak meratapi keadaan ini.
”Tapi justru momentum ini kita pakai untuk membangkitkan kemandirian kita dalam segala hal, termasuk memberi tempat bagi produk-produk SMK kita untuk kita gunakan dan harus masuk dalam industri dengan difasilitasi oleh pemerintah,” ujarnya. (red)