SUMBAWA – Masalah yang dihadapi warga di Kecamatan Moyo Utara hampir sama. Mulai dari persoalan pemerataan pupuk, rendahnya harga jual petani, pengairan dan irigasi hingga masalah air bersih.
Sarilan, warga Dusun Unter Mas Desa Kukin mengungkapkan bahwa pupuk di kalangan petani selama ini tak merata. Kondisi ini kembali diperparah dengan keluarnya kebijakan kartu tani yang membatasi jumlah penggunaan pupuk hanya 2 zak per hektare.
Bagi petani di desa lain barang kali hal itu tak masalah. Namun bagi petani di Kuken 2 zak sangatlah kurang. Karena lahan mereka dipengaruhi air asin sehingga kebutuhan pupuk jauh lebih bayak dari lahan normal.
”Kan lahan asin. Biasanya kebutuhan pupuk sampai delapan zak. Kalau dua kali pupuk ya 16. Kalau kurang, dipastikan gagal panen,” ungkap Zarilan yang diiyakan warga lainnya, Jumat (27/11/2020).
Selain masalah pupuk warga juga mengeluhkan masalah pengairan dan irigasi. Setiap tahunnya para petani selalu kekurangan air. Kiriman air dari bendungan mamak tidak lancar akibat buruknya saluran irigasi.
”Saluran irigasi rusak, tertimbun tanah. Kalau dulunya seminggu aja cukup, sekarang butuh waktu sampai tiga minggu, air baru bisa tercukupi,” imbuhnya.
Akibat dari kondisi tersebut tak jarang terjadi benturan antar petani gara-gara rebutan air. ”Pernah kita sampai bawa parang, untuk bisa dapatkan air. Sering (bergesekan) dengan sesama petani dari desa lain,” tuturnya.
Warga lain Supriadi mengungkapkan, solusi atas masalah tersebut harus dilakukan normalisasi saluran irigasi. Panjang saluran dari penampungan di Kakiang ke lahan warga (Orong pamekam) di Kukin sekitar 12 kilometer. Sementara dari bendungan sepanjangnya sekitar 24 kilometer.
Di samping perbaikan irigasi, bisa saja pemerintah membangun sumur dalam (sumur bor). Orong Pamekam sangat luas. Tidak hanya petani Kukin punya lahan di sana. Melainkan juga petani dari desa lain. Dibutuhkan sekitar 4-5 titik sumur dalam. ”Tapi kita nggak bisa jamin apakah airnya asin atau tawar,” ucapnya.
Masyarakat Kukin juga mengeluhkan sulitnya akses air bersih. Air PDAM yang selama ini diharapkan justru macet. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga harus keluar uang.
”Kalau air minum beli 7000 per galon. Kalau untuk mandi dan mencuci masih bisa dengan air sumur yang ada,” kata warga.
Pilkada tinggal menghitung hari. Memang, kelima pasangan calon rata-rata menjanjikan perubahan. Namun Sarilan dkk menitipkan harapan perubahan itu kepada Pasangan Nomor urut 5, Jarot-Mokhlis. Warga meyakini Paslon berjargon Sumbawa maju ini keluar sebagai pemenang.
Untuk memuluskan harapan Sumbawa maju di bawah Jarot-Mokhlis, Sarilan yang juga ketua tim desa Jarot-Mokhlis ini siap mendukung sepenuh hati. Bahkan ia menargetkan kemenangan paslon nomor 5 itu di angka 50 persen di desanya.
”Insya Allah menang. Kalau pun kalah, kalah tipis. Kalah-kalahnya di posisi kedua,” kata Sarilan, optimis.
Hal senada juga disampaikah oleh kaum ibu-ibu di Kukin. Raoda, warga Unter Mas Desa Kukin mengaku siap mendukung Jarot-Mokhlis.
Ia berharap ketika pasangan ini menang, agar memperhatikan dua hal. Yakni akses modal usaha dan peralatan memasak yang digunakan untuk kegiatan sosial serta adat istiadat.
Masalah modal, lanjut dia, tak sedikit warga yang rela minjam dana ke pegadaian untuk mencukupi kebutuhan sehari-sehari bahkan untuk biaya sekolah anak. Mengharapkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dananya terbatas.
Warga lain, Madiana membenarkan masalah tersebut. Pengalaman ibu dua anak ini mengajukan pinjaman kepegadaian untuk memenuhi kebutuhan operasional di musim tanam. Seperti pupuk dan lainnya.
”Untuk biaya sekolah anak juga. Iya ada (Anak) yang SMA satu. Pernah pinjam di BUMDes dikasi satu juta. Tidak cukup, jadi harus pinjam ke pegadaian,” bebernya. (red/adv)